ABAD 21 SEBUAH REVOLUSI (PERUBAHAN) MENTAL (POLA PIKIR)

Attā hi attano nātho, ko hi nātho paro siyā;
Attanā hi sudantena, nāthaṃ labhati dullabhaṃ
 “Diri sendiri sesungguhnya tuan bagi dirinya sendiri, karena siapa lagi yang dapat menjadi tuan bagi dirinya? Setelah seseorang dapat melatih dirinya sendiri dengan baik, maka ia akan memperoleh suatu perlindungan yang amat sukar diperoleh.”

Dalam abad 21 ini, merupakan abad yang penuh dengan peluang. Peluang sebagai akibat dari perubahan kehidupan dari abad 20 ke abad 21. Kalau dulu, internet saja tidak ada, semua selalu menggunakan kertas. Sekarang? Email, internet dan teknologi yang membuat segala sesuatu menjadi mudah. Oleh sebab itu cara hidup pun telah berubah. Dalam dunia kerja pun cara kerja dan aturan bermain dalam dunia kerja pasti sudah berubah.
Dulu dimana kita bekerja hanya dengan modal kerja keras dan jujur saja kita sudah mampu memperoleh pekerjaan. Bahkan setelah pensiun pun masih dapat dikontrak. Namun sekarang, kita bukan hanya kerja keras atau jujur saja, kita harus mampu bekerja secara SMART. Artinya kita harus memiliki skill yang diperlukan dalam menunjang pekerjaan dan juga memberikkan hasil yang terbaik kepada perusahaan. Bukan hanya bekerja alakadarnya hanya karena gaji alakadarnya. Namun bekerja demi kemajuan perusahaan.
Perubahan inilah yang tidak disadari oleh kebanyakan orang. Sehingga para pekerja (Employee) sering kali berkeluh kesah terhadap tekanan kerja, beban kerja, kualitas atasan, bahkan gaji. Mereka selalu merasa kekurangan dan menganggap dirinya tidak pernah mendapatkan peluang. Akibatnya apa? Mereka akan cepat menyerah (resign), tidak mendapatkan promosi jabatan, bahkan mereka sanggup melakukan hal yang buruk seperti korupsi, memfitnah orang lain, dan sebagainya demi mendapatkan jabatan atau kedudukan atau gaji yang lebih tinggi.
Oleh sebab itu juga karena segalanya sudah berubah, demi mendapatkan peluang yang berlimpah di abad ini, maka kita pun harus melakukan revolusi mental terutama dalam bekerja atau berkarya.
Revolusi mental pada dasarnya telah dicetuskan oleh Presiden Soekarno pada 17 Agustus 1957 yang ditujukan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, dan berjiwa api yang menyala-nyala dalam memperkokoh kedaulatan bangsa, meningkatkan daya saing dan mempererat persatuan bangsa. Presiden Jokowi menyuarakan program revolusi mental kembali untuk menumbuhkan kembali 3 nilai esensial bangsa ini yang sempat memudar, yaitu:
1.      Integritas, mengenai kejujuran, dapat dipercaya, berkarakter, dan bertanggung jawab.
2.      Etos kerja, mengenai kerja keras, optimis, produktif, inovatif, dan berdaya saing.
3.      Gotong royong, mengenai bekerjasama, solidaritas tinggi, dan kewargaan.
Lalu revolusi mental dalam sudut pandang Buddhism khususnya mengenai etos kerja itu seperti apa? Secara konseptual di KBBI, arti dari etos kerja adalah sebuah semangat kerja atau motivasi kerja. Guru Agung kita pun menjelaskan dalam Iddhipada SuttaSamyuta Nikaya bahwa ada 4 landasan kekuatan (semangat) yang dikembangkan oleh para bhikkhu dalam melenyapkan noda-noda batin. 4 landasan semangat ini dapat digunakan juga oleh kita sebagai umat awam dalam dunia pekerjaan. Apa saja 4 landasan semangat ini?
1.      Chanda
Meliputi kepuasan dan kegembiraan yang selaras dengan keinginan atau passion dalam bekerja. Ini sangatlah penting dalam menumbuhkan etos kerja yang baik. Bayangkan anda sebagai sarjana teknik industri, namun bekerja di HRD. Apakah ada hubungannya HRD dengan teknik industri? Menurut sebagian orang pasti bingung hubungannya dimana. Sayangnya bagi orang yang sudah memiliki passion dalam pekerjaannya walau dilihat tidak hubungannya, dia mampu menemukan celah hubungannya dan berbahagia dengan pekerjaannya.
2.      Vīriya
Merupakan sikap gigih dan ulet serta tanpa kenal rasa menyerah dalam berusaha. Dalam dunia pekerjaan sering ada sebutan “Kutu Loncat”. Apa itu kutu loncat? Orang yang sangat suka berpindah perusahaan yang disebabkan banyak alasan seperti karir dan gaji. Mereka putus asa karena gaji kecil, sulit promosi jabatan. Dimana mereka telah merasa sudah melakukan banyak pekerjaan namun masih mendapati gaji kecil dan tidak dapat promosi jabatan. Bahkan ada juga orang-orang yang sudah menyerah sebelum mereka mencoba dengan mengucapkan kata tidak bisa dan sulit. Dengan sikap cepat menyerah demikian, mereka akan sangat lama untuk mengalami kemajuan. Karena di dunia ini tidak ada yang instan, semua butuh proses dan waktu. Dan dunia ini akan selalu keras terhadap kita. Sehingga kalau kita lunak cepat menyerah, maka hancurlah nasib kita. Kita harus selalu menempa diri kita dengan gigih baru kita mampu menaklukan dunia.
 3.      Citta
Mengenai focus dan perhatian terhadap pekerjaannya dengan detail dan teliti. Dengan mengerjakan setiap pekerjaan secara detail dan teliti dapat meminimalisir kesalahan atau kegagalan dan pemborosan waktu yang sebenarnya berguna untuk mengerjakan pekerjaan yang lainnya. Fokus dan perhatian juga berguna agar kita menyelesaikan pekerjaan dengan cepat karena kita tidak mudah berpaling kepada hal-hal lain yang berada diluar pekerjaan kita yang sedang kita kerjakan. Oleh sebab itu ada pepatah bahwa, “Jika Anda mengejar dua ekor kelinci, Anda akan kehilangan keduanya.” Artinya kita harus fokus terhadap hal-hal yang menjadi penting dan mendesak dalam pekerjaan kita.
4.      Vīmaṃsā
Merupakan sikap semangat untuk terus belajar. Menambah wawasan, gagasan, ide-ide baru. Terus melakukan improvement untuk membuat hasil yang lebih baik. Kenapa banyak orang yang karirnya mentok disitu-situ saja? Salah satu penyebanya adalah karena orang tersebut terlalu banyak alasan (malas) untuk belajar menambah wawasan. Zaman sekarang siapa yang tidak punya internet? Semua bisa ditemukan di Google. Begitu banyak pengetahuan baru di sana kalau kita mau mencarinya. Abad sekarang tidak ada lagi yang ditutup-tutupi. Semua ada celah untuk mencari jendela pengetahuan lewat internet. Dengan menambah pengetahuan, kita mampu mengevaluasi pekerjaan kita sendiri. Mencari letak kekurangannya dan memperbaikinya agar terus menjadi lebih baik lagi. Ada juga quotes, “Yang penting adalah apa yang anda pelajari setelah mengetahui semuanya.” Setelah kita selesai mengerjakan sebuah pekerjaan atau project, kita sudah mengetahui semuanya baik keunggulan dan juga kekurangannya. Dengan semangat untuk terus belajar, kita pasti mampu menemukan jawaban atas solusi dari kekurangan pekerjaan kita.
Empat macam faktor tersebut di atas saling berkaitan satu sama lain dan merupakan faktor-faktor pembentuk sikap mental etos kerja Buddhis yang sebenarnya. Hanya saja semua faktor itu perlu ditumbuh-kembangkan dalam diri manusia lewat suatu proses perkembangan praktek secara terus menerus dan berkesinambungan. Dengan demikian kita mampu terus hidup dengan melihat peluang di abad 21 ini.

Mettacittena,



Mettakumaro

Comments

Popular posts from this blog

CINTA DAN KASIH SAYANG ORANG TUA

ALASAN MEMILIH AGAMA BUDDHA

Aliran Maitreya: Buddhis atau Non-Buddhis?