Aliran Maitreya: Buddhis atau Non-Buddhis?
Aliran Maitreya:
Buddhis atau Non-Buddhis?
(Wajib Diketahui Oleh Umat Buddhis)
Aliran Maitreya : Buddhis atau Non-Buddhis ?
Apakah Sang Buddha Di Masa Mendatang Telah
Hadir Di Dunia Ini?
PENGANTAR
Belakangan ini di negeri kita dimarakkan oleh
suatu aliran keagamaan yang menamakan dirinya Maitreya, yang dalam Bahasa
Mandarin disebut dengan Yi Guan Dao (baca I Kwan Tao). Sesungguhnya sebagai
seorang Buddhis kita dapat menghormati agama dan aliran apapun, sebagaimana
yang diajarkan Sang Buddha dalam UPALI SUTTA, namun yang menjadi masalah aliran
ini telah mendompleng nama Buddhisme dalam penyebarannya.
Dalam makalah kali ini kita akan membahas
benarkah aliran Maitreya dapat digolongkan pada Buddhisme dan apabila tidak
apakah alasannya?. Mengingat perkembangan aliran ini yang demikian pesatnya.
Berdasarkan pengalaman penulis semasa masih tinggal di Jakarta, pada hampir
tiap- tiap perumahan terdapat cetiya (mereka menyebutnya dengan istilah
Mandarin: Fo Tang [baca: Foo Dang]) aliran tersebut.
Selain itu kita juga akan membahas
gerakan-gerakan keagamaan yang serupa dengan Maitreya pada sepanjang sejarah
Tiongkok untuk menarik keterkaitannya dengan Aliran Maitreya.
Makalah ini juga tidak dimaksudkan untuk menjelek-jelekkan
ataupun menghina aliran Maitreya, melainkan untuk mendudukkan permasalahan pada
proporsinya yang benar. Bagi rekan-rekan Buddhis diharapkan agar mendapatkan
pengertian yang benar mengenai apa itu sesungguhnya Aliran Maitreya tersebut.
Selamat membaca.07-09-12,
18:48tanhadiA.SEJARAH.
1. Ciri Khas Umum Aliran-Aliran Sesat dalam
Sejarah Tiongkok.
Negeri Tiongkok merupakan tempat yang subur
bagi perkembangan berbagai aliran bidaah atau menyimpang, baik yang berakar
dari Taoisme maupun Buddhisme. Sebelum kita menganalisanya satu persatu, maka
baiklah kita menarik terlebih dahulu ciri-ciri umum aliran-aliran tersebut:
1) Berawal dari gerakan pemberontakan untuk
menggulingkan suatu dinasti atau pemerintah yang saat itu sedang berkuasa.
2) Para pemimpinnya mengaku titisan dewa
tertentu (bagi yang berlatar belakang Taoisme) dan titisan Bodhisattva tertentu
(bagi yang berlatar belakang Buddhis). Dalam propagandanya mereka mengatakan
bahwa dinasti yang sedang berkuasa telah terlalu bobrok dan mereka telah
menerima mandat surgawi untuk berkuasa menggantikan pemerintahan yang lalim
pada saat itu.
3) Bagi aliran sempalan yang berlatar belakang
Buddhis, Bodhisattva yang banyak dipilih adalah Maitreya. Jadi banyak pemimpin
sekte atau pemberontakan yang berasal dari kalangan Buddhis mengaku bahwa diri
mereka adalah penjelmaan Maitreya.
4) Pemberontakan diawali dengan membentuk
suatu sekte rahasia untuk mengumpulkan para pengikut. Agar menarik minat rakyat
jelata maka kadang-kadang dibumbui dengan mistik. Para anggota disumpah dengan
ritual khusus, yang juga timbul saat ketidak puasan merajalela di kalangan
rakyat.
Baik marilah kita mulai membahas sejarah
aliran-aliran sesat di Tiongkok mulai dari jaman yang paling awal hingga pada
timbulnya aliran Teratai Putih (Bai Lian, baca: Pai Lien) yang merupakan cikal
bakal Yi Guan Dao.07-09-12, 18:57tanhadi2. Sejarah Aliran-Aliran Sesat dalam
Sejarah Tiongkok.
a. Dinasti Han (202 SM - 221M)
Marilah kita kembali pada masa akhir Dinasti
Han pada abad ketiga Masehi. Pada saat itu kekuasaan Kaum Kasim menjadi semakin
besar, sehingga kaisar hanya menjadi boneka mereka saja. Mereka sangat lalim
dan korup sehingga Dinasti Han menjadi lemah. Ketidakpuasan merebak di kalangan
rakyat, di mana hal tersebut berpuncak pada Pemberontakan Topi Kuning (Huang
Qin) pada tahun 184 M
1) yang dipimpin oleh tiga bersaudara bermarga
Zhang. Pemimpin utamanya bernama Zhang Yue (Thio Kak dalam lafal Hokkian)
2) Zhang Yue merupakan seorang mahasiswa ilmu
ketabiban yang gagal, namun ia memiliki kemampuan mengobati orang. Banyak
rakyat yang disembuhkan olehnya dari berbagai penyakit sehingga mereka kemudian
tertarik untuk menjadi pengikutnya. Legenda mengatakan bahwa kemampuan
pengobatan tersebut diperolahnya dari seorang dewa bernama Nan Hua Lao Shen (Hokkian:
Lam Hoa Lo Sian) atau dewa tua dari pegunungan Lam Hoa yang memberikannya
sejilid kitab ilmu pengobatan.
Di depan massa pengikutnya Zhang Yue berpidato
bahwa pamor kerajaan Han telah pudar dan ia telah ditakdirkan untuk
menggantikannya, oleh sebab itu ia mewajibkan para pengikutnya untuk mengenakan
topi atau penutup kepala berwarna kuning, yang melambangkan keunggulan
gerakannya dari Dinasti Han
3) Ia juga membagi-bagikan jimat (hu) pada
para pengikutnya agar mereka menang perang. Mereka kemudian bergerak ke ibu
kota dan berhasil menimbulkan kepanikan dan kerusakan besar pada Dinasti Han,
namun akhirnya pemberontakan ini berhasil ditumpas.
b. Dinasti Sui (589-618)
Pada bulan Januari 610 AD, sejumlah orang
berpakaian warna putih dengan rambut diikat pita putih dan tangan memegang
kemenyan yang membara serta bunga-bunga, mengumumkan datangnya Maitreya Buddha
ke dunia ini dengan mengadakan prosesi menuju kota Chian Kuok dan pada saat
mereka hendak memasuki pintu Chian Kuok, pengawal di pintu menyambut kedatangan
mereka dengan berlutut dan mempersilahkan mereka masuk.
Tetapi ketika mereka sedang berlutut,
orang-orang saleh palsu (bandit-bandit) itu merampok senjata-senjata mereka dan
ketika tindakan ini hampir mengakibatkan kerusuhan, bantuanpun datang untuk
menaklukkan bandit-bandit tersebut. Orang-orang yang terlibat dalam
pemberontakan ditangkap. Jumlah yang tertangkap mencapai kira-kira seribu
keluarga.
Tiga tahun kemudian pada bulan Desember 613
AD, seorang yang bernama Siang Hai Ming menyatakan dirinya sebagai reinkarnasi
Maitreya Buddha, mengumpulkan penganut-penganut dan melancarkan pemberontakan
dan mengangkat dirinya sebagai raja, dan pada akhirnya membangun satu kerajaan
di Pei Wu. Setelah beberapa saat, Raja dari Dinasti Sui mengirimkan pasukan
untuk menaklukkan dia.
c. Dinasti Tang (618-906)
Pada zaman Dinasti Tang, ada lagi seorang
saleh palsu yang bernama Wang Hwai Koo mengumumkan suatu berita yang keliru
yakni Sakyamuni Buddha telah mengundurkan diri dan telah digantikan oleh
Maitreya Buddha, dan bahwa keluarga Li akan runtuh sedangkan keluarga Yang akan
bangkit lagi. Li adalah marga dari Raja pertama Dinasti Tang dan Yang adalah
marga dari Raja pertama Dinasti Sui. Pemerintah mendengar kabar itu segera
mengirimkan pasukan untuk bertempur dengan kelompok Wang Hwai Koo. Wang Hwai
Koo dan pengikut-pengikutnya ditangkap dan dihukum mati.
Tokoh lain pada masa Dinasti Tang yang juga
mengaku sebagai penjelmaan Maitreya adalah Ibu Suri Wu Zetian (Hokkian: Bu Cek
Tian). Ia memerintah dari tahun 690-705. Setelah suaminya Kaisar Gao Zong
(649-683) wafat, ibu suri Wu perlahan-lahan berusaha untuk meraih kekuasaan,
hingga akhirnya berhasil menumbangkan Dinasti Tang untuk sementara waktu dan
menjadi kaisar. Ratu Wu sebagai alat propaganda kemudian memanfaatkan Agama
Buddha dan Tao agar rakyat menganggapnya sebagai makhluk suci (padahal Ratu Wu
sangat kejam karena telah menyiksa sampai mati para selir suaminya terdahulu).
4) Dari Kalangan Tao ia menerima gelar
"Ibu para Dewa" (Bahasa Inggris: Sage Mother) atau Lao Mu dan dipuja
pada kuil-kuil Taois.
Untuk meraih simpati Umat Buddha dikaranglah
pada saat itu suatu Sutra palsu yang berjudul Sutra Awan Agung (Great Cloud
Sutra) yang isinya seolah-olah Buddha Sakyamuni telah menubuatkan bahwa
Maitreya atau Buddha yang akan datang akan terlahir sebagai wanita, yang di
bawah pemerintahannya "Panen akan berlimah, kebahagiaan akan menjadi tak
terhingga. Rakyat akan berjaya, terbebas dari penderitaan dan penyakit. Para
penguasa dari negara-negara tetangga akan berdatangan dan menawarkan diri untuk
menjadi taklukan." Vihara-vihara yang disponsori negara bersama-sama
mempermaklumkan ajaran baru ini dan menggelarinya "Maitreya yang tanpa
cela". Wu kemudian memerintahkan dipahatnya patung Maitreya raksasa di
Longmen yang wujudnya mirip dirinya.
d. Dinasti Sung (960-1279).
Pada masa pemerintahan Kaisar Ren Zong
(1022-1063), bulan November 1047, pemimpin dari Aliran Maitreya Wang Tzeh
merencanakan suatu pemberontakan. Pada mulanya dia adalah seorang gembala
kemudian dia mendaftarkan diri menjadi tentara. Sementara itu buku
ajaran-ajaran sesat telah beredar ke-mana-mana. Buku tersebut memuat pernyataan
jahat yang sama yaitu "Sakyamuni Buddha telah mengundurkan diri dan
Maitreya Buddha yang bertanggung jawab atas urusan manusia di dunia. Mereka
mengeluarkan slogan bahwa Zaman Putih "istilah Bahasa Cina adalah Pai
Yang" telah tiba.
Ketika Wang Tzeh menjadi walikota,
penganut-penganutnya mengangkat dia sebagai pemimpin mereka dan kemudian
melancarkan pemberontakan di propinsi Pei. Wang Tzeh memproklamirkan dirinya
sendiri sebagai Raja. Pada tahun baru di bulan Pebruari 1048, pasukan-pasukan
raja menyelinap ke dalam kota melalui terowongan. Wang Tzeh ditangkap dan
dihukum mati.07-09-12, 19:06tanhadie. Dinasti Yuan (Mongol) (1279-1368).
Orang-orang kerajaan Mongol menghormati segala
agama: Buddha, Kristen, Islam dan Taoisme. Tetapi melarang Aliran Maitreya. Di
antara agama yang disebut di atas, agama Buddhalah yang mendapatkan penghargaan
tertinggi, khususnya oleh keluarga raja, sehingga agama Buddha mendapat
fasilitas khusus dan juga mendapatkan fasilitas bebas pajak.
Oleh karena itu, penganut-penganut Maitreya
merembes ke perkumpulan Bai Lian yang dibentuk oleh Master Hwei Yen.
Pengembangan utama bagi sekte ini dititik beratkan pada pembacaan nama Amitabha
Buddha.
Setelah 5 tahun berada di perkumpulan Bai
Lian, nama Maitreya menjadi Perkumpulan Bai Lian (sesuai dengan nama organisasi
yang mereka nyusupi).
Mereka menjalin hubungan baik dengan
pegawai-pegawai pemerintah dan juga orang-orang berpengaruh di masyarakat.
Selain itu, mereka juga ber-pura-pura melakukan kegiatan sosial. Dengan cara
demikian, secara bertahap mereka menjadi sah dalam hukum pemerintahan, tetapi
pengesahan tersebut bertahan hanya 9 tahun. Ketika Raja Shidebala (Ying Zong)
naik tahta pada tahun 1321, beliau melarang aliran itu. Pada saat itu, situasi
politik sedang memburuk dan Aliran Maitreya mengambil keuntungan dari situasi
tersebut untuk menyebarkan ajaran yang menyimpang.
Hampir tiga tahun kemudian (1323), Raja Ying
Zong dibunuh. Dua puluh delapan tahun setelah beliau wafat atau pada masa
pemerintahan Raja Toghon Temur (Shun Di memerintah 1333-1368) yakni pada bulan
Mei 1351, penganut-penganut Bai Lian, dengan Liew Foo Thong sebagai dalang
utama dan Han San Thong sebagai pemimpin, merencanakan untuk memberontak
melawan Dinasti Yuan dan memproklamirkan dirinya sebagai King Ming. Ciri-ciri
tentara mereka adalah membakar kemenyan dan pengikut-pengikutnya mengikat
kepala mereka dengan syal merah. Karena itulah pemberontakan ini dalam sejarah
dinamakan Pemberontakan Ikat Kepala Merah (Red Turban). Tetapi rencana
pemberontakan tersebut bocor, Han San Thong tertangkap dan dihukum mati. Istri
dan anak lelakinya, Han Lin Er meloloskan diri. Pengikut-pengikut yang
melarikan diri dikumpulkan oleh Liew Foo Thong untuk membentuk suatu tentara
yang berjumlah ratusan ribu orang. Tentara tersebut menyerbu dan menaklukkan
propinsi Ing Chuan.
Pada bulan Februari 1355, Liew Foo Thong
memproklamirkan Han Lin Er sebagai Raja Ming kecil.
Pada bulan Januari 1352, seorang penganut Bai
Lian yang kaya, Kuo Tze Hsing, juga mengumpulkan penganut-penganut untuk
bekerja sama dengan Han Lin Er. Kuo menyatakan dirinya sebagai Jenderal. Pada
tanggal 26 Februari, tentaranya menaklukkan propinsi Hau Chou.
Pada bulan Maret tahun yang sama, Zhu
Yuanzhang (Hokkian: Cu Goan Ciang) bergabung dengan mereka sebagai bawahannya.
Zhu telah menjadi rahib sejak kecil. Dia meninggalkan Sangha untuk menjadi
seorang awam karena kuti di mana dia tinggal telah dibakar. Zhu mempunyai
penampilan yang tampan dan tubuhnya tegap. Selain itu, dia selalu menang dalam
peperangan. Kuo Tze Hsing begitu terkesan sehingga dia mengangkat Zhu sebagai
menantu laki-laki.
Tiga tahun kemudian, Kuo meninggal dan
putranya Kuo Thien Shih menjadi pemimpin. Han Lin Er mengangkat anak Kuo
sebagai panglima, Chang Thien Yew dan Zhu sebagai Jenderal pertama dan kedua.
Enam bulan kemudian, Kuo Thien Shih dan Chang Thien Yew dibunuh. Akibatnya
semua tentara berada di bawah perintah Zhu Yuanzhang.
Pada bulan Februari 1363, Liew Foo Thong
dibunuh dan Han Lin Er dengan cepat mengirim berita kepada Zhu untuk meminta
bantuan segera. Bantuan diberikan segera dan Han Lin Er diselamatkan. Sejak itu
Han Lin Er menjadi boneka Zhu Yuanzhang. Pada bulan Desember 1366, atas nama
untuk menyambut kedatangan Han Lin Er ke selatan, Zhu mengirim satu kapal untuk
menjemput Lin Er. Dalam perjalanan, Zhu memerintahkan orang membalikkan kapal
tersebut dan Lin Er tenggelam, tentu saja Zhu Yuanzhang menjadi pengganti.
Supaya bisa menghibur mereka, Zhu pada tanggal
4 Januari 1368 mengumumkan "Ming" sebagai nama rezimnya. Dengan
demikian, dia menjadi Raja pertama Dinasti Ming. Inilah untuk pertama kalinya
suatu pemberontakan sekte rahasia berhasil mengangkat pemimpinya menjadi
kaisar. Zhu lalu bergelar Hong wu dan memerintah dari tahun 1368-1398.
f. Dinasti Ming (1368-1644)
Berhubung Raja Choo Yen Zang pernah menjadi
bhikkhu, dia amat paham tentang isi dari agama Buddha. Oleh karena dia sadar
bahwa penganut-penganut Bai Lian telah mengambil dan kemudian merubah
Buddhadharma sesuai pemikiran mereka. Mereka menggunakan nama aliran Maitreya
Buddha hanya sebagai topeng untuk menipu orang-orang yang tidak mengerti latar
belakang mereka.
Setelah Zhu naik tahta menjadi raja dia
mengeluarkan perintah melarang aktivitas dari aliran Bai Lian. Sejak itu,
pengikut ajaran Bai Lian mengajarkan ajaran sesatnya pada malam hari saja
dengan pintu dan jendela tertutup rapat.
Pada zaman Dinasti Ming, kerajaannya paling
banyak menderita karena pemberontakan Bai Lian yang sangat sering terjadi.
Banyak dari pemberontakan ini terjadi ketika negara tersebut sedang dalam
kehancuran dan lelah dalam menghadapi perang dengan penyerang dari luar negeri.
Berikut adalah beberapa pemberontakan terkenal yang tercatat dalam sejarah:
1. Pada tahun 1373 Pheng Phu Kui, pengikut Bai
Lian dari SheChuan mengumpulkan orang-orang, menyerang dan menjajah 14 kota
secara berturut-turut dan pemerintah menghabiskan waktu beberapa bulan untuk
menaklukkan mereka.
2. Zin Kang Nu dan Tien Chiew Cheng berontak
pada saat negara sedang kalah perang dengan Vietnam.
3. Thang Sai Er mengambil keuntungan dari
kesempitan ketika Jepang sedang mengganggu Liaw Tong yang terletak di timur
laut China.
4. Ketika ada ancaman dari Manchuria dan
keluarga raja sedang mengalami keributan dalam kerajaan, Chao Ik San, atas nama
Maitreya Buddha mengumumkan dirinya sebagai raja dan berontak melawan
pemerintah.
5. Wang Hsing and Chee Hong Joo paling
terkenal dengan nama buruknya dan memiliki tentara yang terbesar. Pada saat
keluarga raja dan rakyat pada umumnya sedang panik karena Manchuria sudah masuk
perbatasan China dan telah menaklukkan 40 kota di Liaw Tong, Wang Hsing and
Chee Hong Joo memimpin 2 juta tentara, menyerang dan menjajah kota-kota besar
di propinsi Shantong dan bahkan mencuri alat transportasi pemerintah yang
membawa makanan. Supaya dapat bertempur dengan tentara yang begitu besar,
pemerintah terpaksa mengirimkan tentara di Liaw Tong. Ini berarti tentara Bai
Lian memberikan bantuan besar kepada tentara Manchuria.
Di antara penganut-penganut Bai Lian yang
terkenal, terdapat seorang wanita, Tang Sai Er, yang memiliki ilmu hitam. Dia
berkata bahwa dia telah memperoleh sebuah buku dari surga di mana buku tersebut
diketemukan dari dalam batu besar. Dengan buku tersebut dia bisa menguasai
roh-roh dan dewa/dewi dan bisa mendapatkan pakaian maupun makanan yang ia
inginkan.
Beribu-ribu orang awam, karena terpesona oleh
ajaran sesatnya, mengikuti dia. Pada satu pertempuran dengan tentara kerajaan,
Tang Sai Er menggunakan ilmu hitam untuk melindungi dirinya. Banyak roh-roh
yang tampangnya mengerikan muncul di langit. Karena tahu bahwa Tang Sai Er
mungkin akan menggunakan ilmu hitam, jenderal kerajaan itu membawa sedikit
darah yang kemudian disiramkan ke roh-roh yang tampak itu. Dengan segera,
roh-roh yang mengerikan tersebut berubah menjadi manusia-manusia dan kuda-kuda
kertas. Sai Er berhasil meloloskan diri tetapi kemudian tertangkap. Dia
dirantai dan dikirim ke ibukota dengan menggunakan kereta tahanan. Tetapi,
dalam perjalanan, dengan kekuatan ilmu hitam, Sai Er berhasil bebas dari
belenggu rantainya dan menghilang. Sejak saat itu dia tidak pernah diketemukan
lagi.
Ilmu hitam Tang Sai Er diperkirakan diwariskan
ke generasi berikutnya. Pada tahun 1557, terdapat seorang yang bernama Ma Cu
She di mana dengan ilmu hitamnya dapat membuat prajurit kertas menjadi seperti
prajurit yang sebenarnya. Pada saat prajurit kertas itu diserang, ia akan
berbalik menyerang dan melukai penantangnya, meskipun begitu, ketika rencana
pemberontakan Ma Cu She diketahui oleh pemerintah, pemerintah segera mengirim
tentara untuk menaklukkan Ma Cu She dan pengikutnya. Diperkirakan lebih dari
100 orang pengikutnya mati dalam medan peperangan, tetapi Ma Cu She sendiri
berhasil lolos dari maut.07-09-12, 19:19tanhadiPemimpin Kedelapan Yang Palsu
Pada zaman Dinasti Ming, terdapat seorang
pengikut Bai Lian yang paling jahat dalam sejarah di Cina. Ajaran sesatnya
mempunyai pengaruh yang paling dalam dan luas terhadap pengikut-pengikutnya
sampai saat ini. Nama orang itu adalah Lo Wei Ching, lahir pada tanggal 8
Januari 1446. Dia mengatakan bahwa Sesepuh Hui Neng adalah merupakan pemimpin
Sangha yang terakhir, karena Jalan ke Surga telah berubah dari sistim
kepemimpinan Sangha menjadi sistim kepemimpinan orang awam. Dia merekayasa
sebuah cerita bagaimana dia menerima garis kepemimpinannya sebagai berikut:
Seseorang yang bernama Pai Ik Chan menyelamatkan
Sesepuh Ke-6 yang sedang dikejar oleh seorang bhikkhu kejam di ladang. Oleh
karena itu, Pai Ik Chan diberikan baju dan mangkok sebagai bukti penerimaan
garis keturunan pemimpin. Selama 3 tahun, Sesepuh ke-6 sembunyi di rumahnya.
Kemudian Pai Ik Chan dan seorang guru besar Tao Ik dinobatkan bersama sebagai
pemimpin ke-7. Ini benar-benar merupakan kebohongan yang besar dan menggelikan.
Penjelasan yang benar adalah Sesepuh ke-6
lahir pada tanggal 8 February 638, sedangkan Pai Ik Chan lahir tahun 1194 pada
jaman Dinasti Sung, sehingga ada perbedaan waktu 450 tahun. Maka itu, bagaimana
dia bisa menyelamatkan Sesepuh ke-6? Kecuali waktu bisa berputar kembali. Guru
Pai Ik Chan yang bernama Ma Tao Ik adalah cucu murid dari Sesepuh ke-6 dan
lahir sedikitnya 400 tahun sebelum Pai Ik Chan. Oleh karena itu, bagaimana Pai
Ik Chan bisa bertemu dengan pemimpin ke-6 sebelum guru dia Ma Tao Ik? Selain
itu, Lo Wei Ching adalah orang yang hidup pada zaman Dinasti Ming, lahir
beberapa ratus tahun setelah Pai Ik Chan, bagaimana Pai Ik Chan menyampaikan
"Jalannya" kepada Lo Wei Ching?
Seperti yang tertulis dalam sejarah agama
Buddha, garis keturunan dari kepemimpinan berakhir pada Sesepuh ke-6 Hui Neng.
Sistim kepemimpinan ini diteruskan ke Cina dari India oleh pemimpin Bodhidharma.
Dia adalah Sesepuh pertama di Cina dan juga sebagai pendiri sekolah Zen di
Cina. Sebelum meninggal, beliau mengatakan bahwa sistim kepemimpinan Zen akan
berakhir pada Sesepuh ke-6. Sejak itu, hanya Dharma yang akan berputar, kain
dan mangkok tidak merupakan tanda kepemimpinan.
Berikut ini adalah ajaran sesat yang
dipelopori oleh Lo Wei Ching:
• Dia merupakan pendiri dari sistim
kepemimpinan umat awam. Dia mengatakan bahwa "Jalan Surga" telah
berubah dari sistim kepemimpinan Sangha menjadi sebuah sistim yang dikendalikan
oleh umat awam (penerjemah: maksudnya tidak ada lagi Sangha dalam ajaran
mereka).
• Dia memulai semboyan bahwa "Tiga agama
menjadi satu". Ketiga agama itu adalah Juisme (ajaran kuno di Cina),
Taoisme dan Buddhisme.
• Dia mengarang cerita bahwa Tuhan yang
bernama Lao Mu ada di Surga Wu Zhi. Segala makhluk diciptakan olehNya.
Sejak terbentuknya Aliran Maitreya (Yi Guan
Dao), selalu ada pernyataan bahwa sistim dunia terbagi menjadi 3 periode yakni
Periode Hijau, Periode Merah dan Periode Putih. Periode Putih ini merupakan
periode akhir zaman yang menurut mereka dunia akan kiamat pada periode ini.
Lukisan tentang dunia kiamat oleh mereka sbb :
Akan terjadi malapetaka angin, hembusan angin begitu kuat sehingga orang hanya
akan mendengar "bum?" bagaikan surga akan ambruk dan bumi akan retak,
dan hanya sekejap mata segala sesuatu benda musnah, tak satu makhlukpun yang
terlihat. Mereka membuat cerita dunia kiamat dengan menjiplak teks ajaran
Buddha dan kemudian melakukan banyak pengubahan-pengubahan.
Menurut teks agama Buddha, periode waktu
antara pembentukan alam dunia dihitung berdasarkan tiga kalpa: Kalpa Kecil,
Kalpa Sedang dan Maha Kalpa. Aliran Yi Guan Dao (Aliran Maitreya) mengubah nama
kalpa menjadi Periode. Sebenarnya teks agama Buddha mengatakan bahwa dunia akan
musnah total pada akhir Maha Kalpa yang akan tiba pada trilliun tahun
mendatang. Mereka mengatakan bahwa akhir kalpa akan segera datang supaya dapat
membuat orang-orang menjadi panik dan masuk aliran sesat tersebut.
Berdasarkan ajaran ini Lo Wei Ching
selanjutnya menyatakan bahwa pada akhir Periode Putih (penerjemah: maksudnya
akhir zaman), Tuhan mereka "Lao Mu" akan turun ke dunia membawa
kembali 96 milyard anak-anak sejati ke sisiNya. Anak-anak ini akan menikmati
kekayaan dan kemakmuran di surga sesuai dengan perbuatan baik mereka
(pengertian perbuatan baik disini adalah dedikasi yang dalam kepada Aliran
mereka).
Agar dapat mengendalikan pengikut-pengikutnya,
Lo mengeluarkan peraturan bahwa orang-orang yang mencari "Jalan
Surga" harus bersumpah kepada Tuhan Lao Mu. Sumpah-sumpah itu sangat kejam
dan berbunyi sebagai berikut:
• Seorang tidak boleh mencari "Jalan
Surga" dengan pura-pura -Seseorang tidak boleh mundur ketika diminta untuk
maju -Seseorang tidak boleh membocorkan rahasia aliran, karena tindakan itu
akan mengakibatkan tertangkapnya pemimpin dan kematian dari pemimpin aliran
tersebut.
• Seseorang tidak boleh tidak sopan kepada
"Chien Jen" yakni gelar yang diberikan kepada pejabat tinggi dalam
aliran itu. Chien Jen memegang jabatan "orang kedua" dalam aliran
tersebut. (Jumlah Chien Jen sangat sedikit, tetapi selain pemimpin tertinggi
mereka "She Mu" mereka memegang kekuasaan tertinggi dan disanjung
oleh pengikut-pengikut mereka, dan saat mereka tiba ataupun pergi selalu diiringi
tata cara yang khidmat seperti yang biasa dilakukan terhadap keluarga kerajaan
atau pejabat kerajaan yang berpangkat tinggi).
• Seseorang tidak boleh menganggur tanpa
melakukan penyebaran ajaran mereka dengan penuh semangat.
• Siapa saja yang melanggar salah satu dari
peraturan-peraturan tersebut di atas akan disambar halilintar dan dibakar lima
kali.
Dalam agama Buddha, terdapat satu hal yang
amat penting yaitu Triratna: Buddha, Dharma dan Sangha. Maka untuk menandingi
Triratna agama Buddha, Lo Wei Ching menciptakan Triratna versi dia sbb:
• Menunjuk "Hsien Kuan" yaitu
menunjuk bagian tengah dahi di antara kedua alis mata dengan menggunakan jari
tengah oleh seorang pandita mereka yang disebut Tien Chuan She
• Memberitahukan kode lisan yang terdiri dari 5
kata: Wu, Thai, Fu, Mi, Nek.
• Mengatupkan tangan dengan cara-cara tertentu
Seseorang yang ingin menjadi anggota baru
harus mendapat rekomendasi dari dua orang anggota lama. Tetapi orang cacat,
tukang jagal, pelacur-pelacur, preman-preman dan gelandangan-gelandangan tidak
diterima sebagai penganut.
Pada tahun 1527, usaha Lo Wei Ching untuk
menggulingkan rezim itu gagal. Dia ditangkap dan kemudian dihukum mati dengan
cara tubuhnya ditarik dan dikoyak oleh 5 kereta kuda.
Kode Lisan
Lima kode lisan yaitu Wu, Thai, Fu, Mi, Nek
dikatakan sangat membantu dalam keadaan bahaya. Tetapi kode lisan ini tidak
dapat dibocorkan kepada siapapun, bahkan orang tua sendiri, suami dan isteri
atau anak mereka jika mereka bukan anggota. Pada zaman Dinasti Qing, lima kata
itu dirubah lagi menjadi: Min, Ta, Pao, Sin, Ik. Tetapi kode ini dirubah
kembali menjadi kode yang semula, ketika Dinasti Qing runtuh dan menjadi
Republik.07-09-12, 19:26tanhadig. Dinasti Qing (Manchu) (1644-1911).
Pada zaman Dinasti Qing, pemberontakan dari aliran
Bai Lian (Yi Guan Dao) sangat sering terjadi, khususnya pada pemerintahan Raja
Qian Long (1736-1795) dan Raja Jia Jing (1796-1820). Pada akhir Dinasti Qing,
yaitu pada tahun ke-18 pemerintahan Raja Jia Jing, nama aliran Bai Lian berubah
lagi menjadi aliran Tien Li atau kadang-kadang disebut aliran Pa Kua. Pada
suatu pemberontakan pengikut-pengikut Bai Lian gagal dan mereka bubar. Sebagian
mereka bertobat dan menjadi bhikkhu tetapi yang lainnya tetap setia pada
alirannya. Untuk menghindari perhatian pemerintah, aliran Bai Lian dibagi
menjadi berbagai cabang-cabang dengan nama yang berbeda-beda. Aliran "Yi
Guan Dao" yang ada sekarang merupakan salah satu cabang dari aliran Bai
Lian.
He Liau Ko Dia merupakan pemimpin kedua Yi
Guan Dao. Dia mulai berontak melawan Dinasti Ching pada pemerintahan Qian Long
di tahun 1774. Dia adalah seorang penghasut dan perencana jahat. Beberapa
pemberontakan yang terjadi pada masa itu adalah hasil hasutannya. Pada tahun
1795, dia melancarkan satu pemberontakan secara besar-besaran yang merusak
banyak propinsi yakni She Chuan, Hu Pei, He Nan, An Hui, Khan Su dan lain-lain.
Pemberontakan ini disebut dalam sejarah Cina sebagai "Kerusuhan oleh
bandit-bandit dari aliran Bai Lian (sekarang disebut Yi Guan Dao).
Wang Jue Yi Dia merupakan keturunan dari Wang
Hsing yang terkenal dengan reputasinya yang buruk pada zaman Dinasti Qing. Pada
akhir zaman Dinasti Qing, ada organisasi yang memberikan pelatihan tinju yang
disebut Yi He Tuan (Tuan== bataion) atau disebut Yi He Quan (Quan==tinju).
Organisasi ini berkedok sebagai tempat
pelatihan tinju padahal organisasi ini Yi He Tuan adalah organisasi militer
dengan cabang-cabang yang tersebar di berbagai tempat. Wang Jue Yi adalah
panglima dari organisasi ini. Dengan kata lain, sebenarnya Yi He Tuan adalah
organisasi Pai Lian (sekarang disebut Yi Guan Dao).
Sudah tentu, aliran Pai Lian masih dibawah
pengawasan ketat dari pemerintah. Usaha pembasmian dari pemerintah terhadap
pemberontak Pai Lian masih sering dilakukan. Pada saat itu, Ibu Suri Ci Xi
ingin menggulingkan Kaisar dari tahta dengan tujuan untuk mengalihkan tahta
kerajaan kepada keponakannya (Kaisar itu adalah anak dari hasil perkawinan
selir dengan kaisar almarhum), tetapi rencana Ci Xi mendapat hambatan yang luar
biasa dari pihak asing yang mendukung Kaisar. Supaya bisa menangani orang-orang
asing tersebut, Ibu Suri mengizinkan anggota Yi He Tuan memasuki ibukota.
Anggota seperguruan tertua (paling senior) yang bernama Chao Fu Thien, bersama
dengan pemimpin-pemimpin cabang lainnya dipanggil ke istana untuk diberikan
kehormatan berupa topi dan jubah yang mana hadiah ini hanya boleh dipakai oleh
pejabat-pejabat tinggi di istana.
Ini merupakan yang kedua kali dalam sejarah
Cina dimana aliran sesat ini disetujui oleh pemerintah. Tidak lama setelah
aliran Bai Lian masuk ibukota, sekretaris Duta Besar Jepang dibunuh dan
menyusul peristiwa itu, terjadi pembakaran dan pembunuhan secara besar-besaran.
Pembakaran dan pembunuhan tersebut mengakibatkan pengaruh yang sangat besar
dalam sejarah yaitu delapan negara asing (yaitu Inggeris, Amerika, Perancis,
Jepang, Rusia, Austria dan Itali) bergabung dalam membentuk tentara sekutu
untuk menyerang dan menduduki ibukota Cina. Inilah yang dalam sejarah dikenal
sebagai Pemberontakan Boxer.
Setelah kejadian ini, anggota seperguruan
tertua Chao Fu Thien, ditangkap oleh penduduk sekampung dengan kedua tangan
diikat untuk diserahkan kepada pemerintah. Chao Fu Thien kemudian dihukum mati.
Aliran sesat ini kembali mendapat larangan dari pemerintah Cina. Dengan kata lain,
pengesahan aliran sesat ini hanya bertahan lebih kurang sebulan saja.
h. Republik Cina (1911- sekarang).
Chang Thian Ran. Dia adalah pemimpin ke-18
aliran Yi Guan Dao. Dia dibesarkan di keluarga yang menganut aliran Pai Lian
selama beberapa generasi. Semua pemimpin aliran sesat ini menyatakan dirinya
sebagai inkarnasi Buddha Maitreya, namum ironisnya, semuanya mempunyai ambisi
menjadi kaisar dan berakhir dengan kematian tragis. Berdasarkan fakta-fakta
yang telah disebutkan diatas, maka Chang Thien Ran merubah pernyataan
"Inkarnasi Buddha Maitreya" menjadi "Manusia Buddha Ci
Kong". Dengan kata lain, dia menamakan dirinya sebagai Manusia Buddha Ci
Kong.
Chang Thien Ran menyatakan dirinya telah
menerima suatu mandat dari surga untuk menjadikan dirinya sebagai pemimpin
ke-18 Yi Guan Dao.Dia menyebarkan doktrin yang sesat sebagaimana pendahulunya
melakukan yakni "Sakyamuni Buddha telah mengundurkan diri sebagai Lord of
Buddhism dan Maitreya Buddha telah mengambil alih dalam pembabaran
Buddhadharma. Disamping doktrin sesat yang telah tersebar luas ini, dia juga
menyebarkan pernyataan yang menyimpang bahwa zaman di dunia ini terdiri dari 3
periode:
• Periode (zaman) Hijau merupakan periode
untuk Dipankhara Buddha
• Periode (zaman) Merah merupakan periode
untuk Sakyamuni Buddha
• Periode (zaman) Putih merupakan periode
terakhir dibawah naungan Maitreya Buddha. Dengan kata lain, kalpa sekarang
adalah kalpa Maitreya Buddha.
Pada tahun 1946, Chang Thien Ran ditangkap
karena menyebarkan doktrin sesat yang meracuni pikiran masyarakat setempat
bahwa dengan menyatakan kode rahasia akan membuat mereka menjadi Buddha dalam
bentuk manusia. Disamping itu, dia juga bergabung dengan Jepang melakukan
kerusuhan di ibukota.
Pada tanggal 13 Agustus 1947, Chang Thien Ran
ditembak mati oleh regu penembak pemerintah di Cheng Tu, ibukota She Chuan.
Tindak kejahatannya diterbitkan di koran-koran setempat. Menyusul peristiwa
ini, pemerintah mengeluarkan larangan keras segala aktivitas Yi Guan Dao.
Setelah kematian Chang Thien Ran, isterinya
yang bernama Sun Suk Cen, sering dipanggil dengan SheMu (gelar kehormatan untuk
isteri guru) dijadikan pemimpin tertinggi Yi Guan Dao. Tidak lama kemudian Sun
Suk Cen datang ke Taiwan dan menjadi pemimpin tertinggi Yi Guan Dao di
Taiwan.07-09-12, 19:29tanhadi3. Sutra-Sutra palsu yang menjadi doktrin
Maitreya.
Sejarah mencatat bahwa Agama Buddha masuk ke
Tiongkok pada jaman Dinasti Han (202 SM - 221 M). Masuknya agama asing tersebut
telah membangkitkan perasaan tidak senang di kalangan agama lain yang lebih tua
atau asli Tiongkok, seperti misalnya Agama Dao (baca Tao). Untuk menunjukkan
bahwa Agama Tao lebih unggul maka dikaranglah Sutra-Sutra palsu untuk mendukung
hal tersebut. Isinya antara lain menyebutkan bahwa Sang Buddha hanyalah
merupakan salah satu penjelmaan Lao tzu (pendiri Agama Tao). Versi lain
mengatakan bahwa Lao tzu telah menghilang dan pergi ke India. Ia mempertobatkan
banyak orang di sana dan menjadi Buddha. Ada lagi yang mengatakan bahwa Lao tzu
telah pergi ke India dan mengajar Sang Buddha ajaran kebijaksanaan. Inti sari
dari semuanya adalah berusaha membuktikan bahwa Agama Buddha adalah berasal
dari Agama Tao.
Salah satu karya semacam itu misalnya adalah
Lao-tzu Hua-hu-cing atau Sutra Pertobatan Kaum Barbar, karangan seseorang
bernama Wang Fu pada abad keempat M. (v). Anehnya doktrin yang dianut oleh
Aliran Yi Guan Dao juga mencerminkan ajaran-ajaran semacam itu.07-09-12,
19:35tanhadiB. AJARAN UTAMA.
Untuk meneliti Ajaran Maitreya dapat membuka
website sebagai berikut:
Bahasa Inggris: http://www.taoism.net/gateways/Buddha.htmhome.kimo.com.tw/yp2758/Eyiguantao.html Taoism.net /
TrueTao.org (with Music)
1. Maitreya telah datang menjelma ke dunia ini
dan terlahir sebagai guru mereka.
Umat Buddha Maitreya meyakini bahwa guru mereka
adalah penjelmaan Buddha Maitreya dan Era Sakyamuni Buddha telah berakhir, jadi
mereka yakin bahwa Maitreya telah hadir di dunia ini.
Namun marilah kita perhatikan apa yang
diajarkan oleh Sang Buddha sendiri.
Kritikan: Mari kita perhatikan apa yang diajarkan
oleh Sang Buddha dalam CAKKAVATTI-SIHANADA SUTTA, Sutta ke-26 dari DIGHA
NIKAYA:
"Pada saat itu [kota] yang sekarang
merupakan Varanasi akan menjadi sebuah ibu kota yang bernama Ketumati, kuat dan
makmur, dipadati oleh rakyat dan berkecukupan. Di Jambudipa akan terdapat
84.000 kota yang dipimpin oleh Ketumati sebagai ibu kota. Dan pada saat itu
orang akan memiliki usia kehidupan sepanjang 84.000 tahun, di kota Ketumati
akan bangkit seorang raja bernama Sankha, seorang Cakkavati (Raja Dunia), seorang
raja yang baik, penakluk keempat penjuru Dan pada saat orang memiliki harapan
hidup hingga 84.000 itulah muncul di dunia seorang Yang Terberkahi, Arahat,
Sammasambuddha bernama Metteya.."
Jadi saat Metteya (Maitreya dalam Bahasa
Sansekerta) hadir di dunia ini akan terdapat hal-hal sebagai berikut:
1) Terdapat kota "megapolis" yang
bernama Ketumati.
2) Terdapat 84.000 kota di Jambudipa.
3) Terdapat seorang raja bernama Sankha.
Beliau seorang Cakkavati atau raja dunia.
4) Manusia dapat hidup hingga mencapai 84.000
tahun
Nah, pada kenyataannya keempat hal di atas
belum terwujud atau belum ada. Hingga saat ini usia hidup hingga mencapai
84.000 tahun masih merupakan sesuatu yang teramat sangat fantastis dan susah
dibayangkan manusia. Dapat hidup hingga mencapai usia 100 tahun saja sudah
merupakan sesuatu yang luar biasa.
Marilah kita coba pelajari tanda-tanda lainnya
sebagaimana yang terdapat dalam BUDDHAVACANA MAITREYA BODHISATTVA SUTRA:
"O, Arya Sariputra! Pada saat Buddha baru
tersebut dilahirkan di dunia Jambudvipa. Situasi dan kondisi dunia Jambudvipa
ini jauh lebih baik daripada sekarang! Air laut agak susut dan daratan
bertambah. Diameter permukaan laut dari ke 4 lautan masing-masing akan menyusut
kira-kira 3000 yojana, Bumi Jambudvipa dalam 10.000 yojana persegi ? persis
kaca dibuat dari permata lazuardi dan permukaan buminya demikian rata dan
bersih."
Nah, pertanyaannya apakah sekarang kondisi
dunia sudah lebih baik dari jaman Sang Buddha? Jawabnya belum! Apakah kondisi
fisik dunia sudah seperti yang digambarkan pada Sutra di atas? Jawabnya juga
belum!
Karena itu jelas sekali Maitreya belumlah
terlahir di muka bumi ini dan saat ini masih jaman Buddha Sakyamuni.07-09-12,
19:38tanhadi2. Jaman Tiga Pancaran
Umat Buddha Maitreya membagi jaman dalam apa
yang mereka sebut dengan tiga pancaran.
(i).Jaman pancaran hijau, Buddhanya adalah
Dipankara.
(ii).Jaman pancaran merah, Buddhanya adalah
Sakyamuni.
(iii).Jaman pancaran putih, Buddhanya adalah
Maitreya.
Sekarang telah memasuki jaman pancaran putih,
karena itu ajaran Buddha Sakyamuni tidak berlaku lagi.
Kritikan: Marilah kita pelajari urutan
Buddha-Buddha yang telah hadir di dunia ini sebagaimana yang tercantum dalam
kitab suci Tipitaka: BUDDHAVAMSA, yang merupakan bagian ke-14 dari KHUDDAKA
NIKAYA menyebutkan mengenai 25 Buddha pada masa lampau (dengan menambahkan nama
18 Buddha pada daftar 7 Buddha yang terdapat pada Mahapadana Sutta): Dipankara,
Kondanna, Mangala, Sumana, Revata, Sobhita, Anomadassin, Paduma, Narada,
Padumuttara, Sumedha, Sujata, Piyadassin, Atthadassin, Dhammadasin, Siddhattha,
Tissa, Phussa, Vipassin, Sikhin, Vessabhu, Kakusandha, Konagama, Kassapa, dan
Gotama (Sakyamuni).
Lalu kalau begitu kemanakah Buddha-Buddha yang
telah hadir di antara Buddha Dipankara dan Buddha Sakyamuni. Digolongkan dalam
pancaran apakah Mereka itu?
Jelas sekali pengarang ajaran Maitreya tidak
paham Tipitaka. Mereka tidak menyadari bahwa di antara Buddha Dipankara dan
Buddha Sakyamuni masih terdapat banyak Buddha-Buddha lainnya. Kalau mereka
sendiri tidak paham Tipitaka bagaimana dapat kita mempercayai ajaran
mereka?07-09-12, 19:43tanhadi3. Triratna atau Tiga Mestika (San Bao) ala
Maitreya.
Ada tiga mestika atau San Bao yang diajarkan
oleh aliran Maitreya:
1) Membuka apa yang disebut dengan "pintu
suci", yakni suatu titik di tengah-tengah alis. Aliran Yi Guan Tao
(Maitreya) mengajarkan bahwa titik tersebut merupakan titik tempat keluarnya
roh yang benar pada saat seseorang akan meninggal.
2) Mengatupkan tangan dengan cara tertentu:
telapak tangan kanan dengan posisi empat jari merapat, kecuali ibu jari, posisi
horisontal agak mengarah ke bawah menekuk membentuk huruf V dengan telapak
bagian dalam menghadap ke arah tubuh kita. Telapak tangan kiri dengan posisi
sama seperti tangan kanan menempel menutupi telapak tangan kanan sehingga
telapak tangan kanan berada di antara telapak kiri dan tubuh kita. Ujung ibu
jari tangan kiri menyentuh kuku ibu jari tangan kanan, kedua ibu jari posisi
horizontal mengarah ke bawah.
3) Lima kata rahasia yang tidak boleh bocor
berbunyi: "Wu Tai Fo Mi Le."
Kritikan: Bagi seseorang yang belajar Buddha
Dharma, maka tidak dikenal istilah "pintu suci" atau tempat keluarnya
roh. Lagipula dalam Buddhisme tidak dikenal adanya roh yang kekal (atta). Juga
tidak pernah ada yang namanya mengatupkan tangan ala Maitreya dan lima kata
rahasia tersebut.
Yang menjadi pertanyaan mengapa kata-kata
tersebut harus dalam Bahasa Mandarin? Tidak bolehkah diterjemahkan dalam bahasa
lain?
Hal ini juga bertentangan dengan Buddha
Dharma, dimana Sang Buddha mengajarkan bahwa Dharma ajarannya bolehlah
diterjemahkan dalam bahasa apapun juga. Lebih jauh lagi apa yang mereka sebut
dengan tiga mestika tersebut jauh sekali berbeda dengan yang terdapat dalam
Buddha Dharma.07-09-12, 19:49tanhadi4. Lao Mu
Kita baca puisi yang ditulis oleh Aliran
Maitreya berikut ini:
"Buddha Maitreya, bangkitkanlah kekuatan
jiwa, sehingga aku mampu bangkit dari kegelapan... Bekerja dan berkorban dalam
nama LAOMU adalah pengimpasan dosa, namun tetap kulakukan tanpa pamrih. Membina
diri berarti mencintai diri sendiri. Siapa membina, dialah yang mendapatkan.
Bukanlah LAOMU yang menjauhiku, melainkan akulah yang telah menjauhkan diri
dari LAOMU.
Buddha Maitreya, bantulah aku dalam
menghancurkan ego ini, sehingga mampu menjadi seorang pengasih bagi sesama. Terima
kasih LAOMU, kesempatan masih Kau berikan kepadaku. LAOMU, melalui alam
semesta, aku bersaksi akan kebesaran Kasih dan Kuasa-Mu!
Datang kepada Lao Mu
Ada kalanya kita lelah dan datang kepada
LaoMu, tetapi tampaknya LaoMu diam saja. Lao Mu sepertinya meninggalkan kita
menghadapi semua masalah itu sendiri. Sesungguhnya tak ada yang lebih benar
dari LaoMu 'LaoMu tak pernah meninggalkan kita' terlebih-lebih disaat kita
dalam keadaan sulit.Hingga ada kisah yang mengatakan orang jahat lebih dekat
dengan surga karena semakin jahat seseorang maka Tuhan akan berada semakin
dekat untuk menyadarkannya.
Penyebab mengapa kita merasa 'dianggap sepi'
adalah karena kita datang sebagai cangkir yang sudah terlalu penuh. Tak ada
lagi tempat kosong bagi LaoMu dan para Buddha untuk meletakkan penghiburan
serta kekuatan bagi kita.
Ketika menghadap LaoMu, hendaknya membiarkan
hening mengisi diri, biarkan cangkir menjadi kosong. Ketika kita sedih tak
perlu datang dengan kata-kata, LaoMu mengetahui dengan jelas semua yang kita alami.
Hanya ada kita yang mau berserah diri untuk
dihibur-Nya dan bersandar pada tiang-Nya.
Jika kita menghendaki LaoMu berkuasa sebagai
Sang penghibur sejati dan sumber kekuatan diri, maka jangan pernah meragukan
petunjuk-Nya.
Ingat ketika kita merasa sedih, merasa pilu,
merasa derita pastikan dalam diri kita bahwa LaoMu ada disamping kita,
sebaliknya jika kita merasa bahagia, gembira LaoMu juga menyertai kita. "
Kritikan: Pertama kali tidak ada dalam Agama
Buddha sesuatu yang disebut dengan nama Lao Mu. Menilik puisi di atas jelas
sekali Umat Maitreya hendak mengasosiasikan Lao Mu dengan Tuhan, padahal dalam
Buddhisme tidak dikenal konsep Tuhan semacam itu. Tidak ada Tuhan yang
pengasih, sebagaimana yang dibabarkan Sang Buddha dalam JATAKA VI:208:
"Dengan mata, seseorang dapat melihat
pandangan memilukan. Mengapa "mahadewa" itu tidak menciptakan secara
baik? Bila kekuatannya dikatakan tak terbatas, Mengapa tangannya begitu jarang
memberkati, Mengapa dia tidak menganugerahi kebahagiaan saja? Mengapa kejahatan,
kebohongan dan ketidak-tahuan merajalela Mengapa kepalsuan menang, sebaliknya
kebenaran dan keadilan gagal? Saya menganggap, pandangan tentang
"mahadewa" adalah Ketakadilan yang membuat dunia yang diatur
keliru."
Demikianlah pandangan Buddhis tentang Tuhan
sudah jelas dan tidak ada yang namanya Lao Mu sebagai Tuhan ataupun mahadewa.
Sajak-sajak di atas jelas lebih dekat pada Kristen daripada Buddhisme. Oleh
sebab itu jelas sekali Yi Guan Tao bukanlah Buddhisme.07-09-12, 19:54tanhadiC.
KESIMPULAN.
Sebenarnya masih banyak kesalahan ajaran Yi
Guan Tao ditinjau dari sudut pandang Buddhisme, namun karena terbatasnya waktu
akan dibatasi sampai di sini saja, karena hal-hal yang dipaparkan di atas sudah
cukup jelas membuktikan perbedaan doktrin yang menyolok antara Buddhisme yang
sejati dengan Yi Guan Tao. Yang kita perlu tahu hanya satu hal: YI GUAN TAO
BUKAN BUDDHISME dan banyak ajarannya yang bertentangan dengan Buddhisme yang
sejati.
Bagi Umat Yi Guan Tao saran saya belajarlah
Buddhisme yang sejati, agar pintu penerangan sempurna terbuka bagi kalian.
Marilah kembali ke pangkuan Buddha Dharma yang sejati.
DAFTAR PUSTAKA - Mizuno, Kogen: Buddhist
Sutras, Origin, Development, Transmission, Kosei Publishing, Tokyo, 1995.
- Dharma Pitaka
- Walshe, Maurice: The Long Discourses of the
Buddha, A Translation of the Digha Nikaya, Wisdom Publication, 1995.
- Paludan, Ann: Chronicle of The Chinese
Emperors, Thames & Hudson, 1999.
-oOo-
Sebagaimana ia mengajari orang lain, Demikianlah
hendaknya ia berbuat.Setelah ia dapat mengendalikan dirinya sendiri dengan
baik,hendaklah ia melatih orang lain.Sesungguhnya amat sukar untuk
mengendalikan diri sendiri.(DHAMMAPADA.159)
Oleh diri sendiri kejahatan dilakukan,Oleh
diri sendiri pula seseorang menjadi suci.Suci atau tidak suci tergantung pada
diri sendiri.Tak seorangpun yang dapat mensucikan orang lain.(DHAMMAPADA)
How to register in Betfair mobile app - jtmhub.com
ReplyDeleteBetfair mobile app for 안동 출장마사지 iPhone and iPad is now live, available and working on your mobile 나주 출장샵 device. The app allows you to play 여수 출장샵 live sports 하남 출장마사지 in a single 문경 출장샵