Posts

Showing posts from November, 2015

Aliran Maitreya: Buddhis atau Non-Buddhis?

Aliran Maitreya: Buddhis atau Non-Buddhis? (Wajib Diketahui Oleh Umat Buddhis) Aliran Maitreya : Buddhis atau Non-Buddhis ? Apakah Sang Buddha Di Masa Mendatang Telah Hadir Di Dunia Ini? PENGANTAR Belakangan ini di negeri kita dimarakkan oleh suatu aliran keagamaan yang menamakan dirinya Maitreya, yang dalam Bahasa Mandarin disebut dengan Yi Guan Dao (baca I Kwan Tao). Sesungguhnya sebagai seorang Buddhis kita dapat menghormati agama dan aliran apapun, sebagaimana yang diajarkan Sang Buddha dalam UPALI SUTTA, namun yang menjadi masalah aliran ini telah mendompleng nama Buddhisme dalam penyebarannya. Dalam makalah kali ini kita akan membahas benarkah aliran Maitreya dapat digolongkan pada Buddhisme dan apabila tidak apakah alasannya?. Mengingat perkembangan aliran ini yang demikian pesatnya. Berdasarkan pengalaman penulis semasa masih tinggal di Jakarta, pada hampir tiap- tiap perumahan terdapat cetiya (mereka menyebutnya dengan istilah Mandarin: Fo Tang [baca: Foo Dang]

Gajah Kerajaan

Gajah Kerajaan (AN 5:140; AN 4:114) Jika terberkahi dengan lima sifat, gajah raja layak untuk raja, sesuai untuk pengabdian kerajaan dan bisa dianggap sebagai gajah pribadi raja. Apakah lima sifat ini? Ia adalah seorang pendengar . Dalam setiap latihan yang ia jalani oleh perintah penjinak gajah, baik ia telah melakukannya sebelum atau belum, ia penuh perhatian dan rajin. Ia mendengarkan dengan penuh perhataian dan memahami dengan jernih apa yang ia dengar. Ia adalah seorang petarung . Dalam pertempuran, ia menyerang dan menghancurkan gajah, kuda, dan penunggangnya, kereta perang dan pengemudinya, maupun infantri. Ia melindungi dirinya sendiri . Dalam pertempuran, ia melindungi bagian depan dan belakangnya, kaki depan, kaki belakang, gading, belalai, dan ekornya, dan ia melindungi penunggangnya. Ia sabar . Dalam pertempuran, ia dengan sabar menahan tusukan tombak, panah, sabetan pedang, hantaman kapak, maupun keributan suara gendering atau terompet. Ia adalah yang pergi

Perenungan Kematian Membawa Kebahagiaan

Perenungan Kematian Membawa Kebahagiaan Kematian biasanya menjadi momok yang menakutkan bagi setiap makhluk dan pada akhirnya akan datang dalam kehidupan setiap makhluk kapan-pun dan dimana-pun. Di negara Bhutan, perenungan tentang kematian telah dilakukan setiap hari. Dengan melakukan perenungan ini, masyarakat di negara Bhutan selalu memanfaatkan kehidupan mereka dengan bekerja keras, saling memberi dan saling mengasihi. Dengan demikian, mereka semua mampu merasakan kebahagiaan baik dari diri sendiri maupun dari orang lain dan hilangnya ketakutan akan datangnya kematian. Perenungan kematian tersebut bersumber dari sebuah kisah dari Gadis Penenun lebih dari 2,6 abad yang lalu di India. Demikianlah kisahnya. Pada suatu ketika di akhir upacara pemberian dana makanan di Alavi, Sang Buddha memberikan khotbah tentang ketidakkekalan dari kumpulan-kumpulan kehidupan (khandha). Pada hari itu Sang Buddha menekankan hal utama yang dapat dijelaskan seperti di bawah ini:  “ Hidu