HIDUP PENUH MASALAH? NAMUN BISA BAHAGIA
HIDUP PENUH
MASALAH? NAMUN BISA BAHAGIA
“Akkocchi maṃ avadhi maṃ, ajini maṃ ahāsi me;
Ye ca taṃ nupanayhanti, veraṃ tesūpasammati.”
Ye ca taṃ nupanayhanti, veraṃ tesūpasammati.”
“Ia menghina saya, ia memukul saya, ia
mengalahkan saya, ia merampas milik
saya.”
Jika seseorang sudah tidak lagi menyimpan pikiran-pikiran seperti itu,
maka kebencian akan berakhir.
Jika seseorang sudah tidak lagi menyimpan pikiran-pikiran seperti itu,
maka kebencian akan berakhir.
(Dhammapada Atthakata,
Yamaka Vagga 4)
Masalah adalah sesuatu yang
harus diselesaikan. Setiap orang dalam hidupnya tentu menginginkan cerita yang
manis tanpa ada batu kerikil yang berlandaskan di jalan hidupnya. Terkadang
masalah yang tidak terselesaikan dalam jangka waktu yang lama dapat membuat
orang stress dalam hidupnya. Berdasarkan syair Dhammapada di atas, sebuah
masalah disebabkan oleh kebencian akan sesuatu yang tidak sesuai harapan oleh
orang tersebut. Sehingga orang tersebut tak dapat menerima akan kenyataan dan
mengatasi masalah yang terjadi. Hal inilah yang membuat orang menjadi stress.
Segala sesuatu yang muncul
pasti ada sebabnya. Demikian juga dengan masalah yang muncul dalam kehidupan
sehar-hari. Penyebab munculnya masalah dilandasi tak dari keinginan kita
sendiri. Ketika kita memiliki keinginan pasti akan muncul banyak masalah.
Contoh mudah, ketika kita menginginkan nilai A dalam sebuah pelajaran. Namun,
pada kenyataannya kita mendapatkan C atau D. Kita tidak puas dan menyalahkan
orang lain seperti teman kelompok atau dosen.
Pikiran kita begitu kreatif
sekali. Ketika masalah tiba, kita mencari alasan agar diri kita tetap tidak
dapat disalahkan sebagai penyebab masalah itu. Kita menjadi uring-uringan,
membenci orang-orang tersebut yang berakibat kita tambah tidak menemukan solusi
dan memperbaiki diri. Pada kenyataannya diri kitalah yang membuat masalah itu
ada, yang disebabkan oleh keinginan kita dan kondisi yang kita buat dari
pikiran, ucapan, dan perbuatan.
Ketika masalah muncul, kita
terkadang mengambil keputusan fatal seperti bunuh diri apabila masalah itu
begitu berat bagi diri kita sendiri seperti, ditipu 10 Miliyar, perusahaan
bangkrut, kehilangan pasangan hidup, dan lainnya. Kita berpikir bahwa dengan
bunuh diri masalah kita selesai. Kalau merujuk pada ajaran Buddhist, apakah
seseorang yang meninggal dengan pikiran yang kacau-balau, galau, dan sedih yang
sangat mendalam dapat terlahir ke alam yang lebih bahagia? Tentunya tidak. Ini
akan menyebabkan masalah yang baru kembali.
Orang-orang yang mengambil
keputusan demikian, tidak berpikir panjang. Mereka tidak berpikir apakah harga
dirinya serendah itu kah? Apakah benar masalahnya adalah yang paling berat?
Mereka hanya melihat dan membandingakan kebahagiaan yang terjadi pada orang
yang ada di sekitarnya. Mereka tidak membandingkan masalah-masalah yang di
hadapi oleh orang lain. Mereka tidak melihat betapa beratnya hidup di Afrika
sana. Masih bayi sudah terkena virus HIV. Mereka tidak melihat bahwa orang
terkenal, pembicara terbaik bahkan bisa menangis.
Ketika kita mendapati sebuah
masalah yang begitu berat kita mengeluh dan bertanya mengapa hidup ini begitu
berat sekali dan tidak adil serta menganggap bahwa diri kita tidak pernah
mengalami kebahagiaan sedikitpun. Padahal, sumber masalah kita merupakan akar
dari kebahagiaan kita. Mengapa bisa demikian? Karena ketika kita bisa menerima
keadaan pada saat masalah itu terjadi, mental kita selangkah lebih maju. Kita
menyadari bahwa kesalahan ada pada diri kita. Sehingga kita bisa memaafkan diri
kita sendiri dan pikiran kita menjadi jernih. Pada saat pikiran kita menjadi
jernih, solusi-solusi dan semangat baru untuk menghadapi masalah itu akan
muncul. Ketika masalah itu terselesaikan, kita menjadi sadar bahwa pengalaman
hidup kita bertambah. Kualitas mental kita pun berkembang. Kita dapat tersenyum,
betapa bahagianya hidup ini ketika kita dapat menyelesaikan masalah tersebut
dengan berjuang berlandaskan pikiran yang positif tanpa mengambil keputusan
yang fatal berlandaskan kebencian akan kenyataan hidup.
Ketika kita mengambil keputusan
fatal ini kita akan terpuruk sekali. Kita akan menjadi cacian masyarakat. Kita
akan menjadi contoh yang buruk bagi masyarakat dan juga menjadi malu bagi diri
kita sendiri. Namun, ketika kita bangkit dan berjuang untuk keluar dari masalah
itu dan kita berhasil keluar dari masalah tersebut, pada saat itu kita akan
menjadi selangkah lebih maju dari yang sebelumnya. Yang bisa diartikan bahwa
kita telah sukses. Semua orang akan menjadikan kita panutan, menjadikan kita
contoh yang baik. Inilah kebahagiaan akibat terselesaikannya sebuah masalah
dalam hidup ini.
Oleh sebab itu, ketika hidup
kita penuh dengan masalah. Hadapilah, janganlah berpaling atau lari dari masalah
itu. Ataupun mengambil keputusan fatal untuk menyelesaikan masalah tersebut
dengan cepat. Namun berusahalah dan percayalah akan kekuatan dalam diri kita
sendiri untuk menyelesaikan masalah tersebut. Karena masalah merupakan sumber dari
kebahagiaan kita saat kita berhasil menyelesaikannya dengan baik.
By Mettakumaro Suprapto
Comments
Post a Comment